Aku shin ha. Jun shin ha. Di dalam cerita ini, aku sebagai wanita yang sangat lemah. Masih seputar cinta, ya, di cerita ini aku menemukan seseorang yang bisa menjaga ku sampai tua dan mati. Aku menarik tetapi lemah. Aku baik tetapi lemah. Aku kuat tetapi lemah. Aku benar-benar butuh seseorang. Tetapi, ada yang tidak tau sebenarnya diri ku dalam cerita ini. Sebenarnya aku ini sangat kuat. Lihat saja nanti.
Aku , si penderita kanker otak. Setiap hari saat di sekolah, aku selalu pingsan dan batuk. Bukan batuk biasa, tetapi batuk berdarah. Bahkan sampai muntah. Kehidupan ku, ku rasa sebentar saja. Yah, begini2 juga aku nonton TV. banyakkan yang nyeritain kalau penyakit kanker berujung kematian. Pada saat masuk SMA, masa-masa yang paling menyenangkan bagi ku, eh, malah dapet penyakit ginian. Haha, di senengin aja lah.
Di sekolah….
Guru: tolong diam sebentar ya anak2! Ibu akan membagikan nilai ujian matematika kalian. Yang dipanggil maju kedepan.
Ibu guru memanggil satu-persatu teman-teman ku. Di saat giliran ku dipanggil…
Kim han: tidak usah kedepan. Aku saja yang ambilkan ya?
Saya: eh, tidak perlu….
Kim han berlari ke depan dan mengambil hasil ujian ku. Aaaah, aku tidak perlu di kasihani.
Kim han: ini. Nanti mau pulang bareng tidak?
Saya: sebentar. Ada yang salah dengan nilai ku…ng, nilai mu berapa kim?
Kim han: ehm, 90… ada apa memang dengan nilai mu?
Aku menggeleng dan bediri menuju ibu guru.
Saya: ibu, boleh pinjam pulpen yang biasa ibu pakai untuk memberi nilai?
Guru: ya, tentu. Ini. Memang nya kenapa?
Aku memberi tanda ‘X’ pada nilai ujian ku yang 80.
Guru: hei, kenapa shin? Kenapa kau mencoret nilai mu?
Tiba-tiba kelas menjadi sangat sunyi dan meperhatikan ku serta bu guru.
Saya: ibu, aku tidak menginginkan nilai palsu. Aku tau nilai ku hanya 35. Aku tidak butuh kenangan dan hadiah kematian… tolong lain kali ibu berikan aku nilai murni. Beritahu hal ini kepada guru yang lain juga ya bu. Aku mohon dan meminta tolong…. Terima kasih.
Ibu guru terpaku mendengar perkataan ku. Sebenarnya aku pun tak tega berbicara seperti itu. tetapi aku benci jika dikasihani.
Akhirnya aku bisa pulang juga karena pelajaran sudah selesai. Jadwal ku padat. Sehabis ini aku harus check up dan membeli persediaan obat-obatan ku yang mulai habis.
Ketika ingin keluar, seseorang memanggilku. Dia lah kim han.
Kim han: mau kemana? Jadi pulang bareng tidak?
Saya: tidak usah deh. Aku kan bisa pulang sendiri. Kau pulang saja kim.
Kim han: ah, jahat sekali menolak ajakan ku…
Saya: bukan begitu, aku ada urusan sedikit.
Kim han: dengan?
Saya: maaf, tapi kau tidak boleh tau…
Kim han: ooh, ya sudah kalau begitu. Benar nih tidak apa-apa jalan sendiri?
Aku tidak suka dikasihani. Aku menatapnya tanpa berkata-kata.
Kim han: oh, ya, maaf ya…aku tidak bermaksud menyebut mu lemah… kalau begitu hati-hati ya. Sampai besok shin ha. Daaaah….
Ia tersenyum dan pergi. Aku kembali meneruskan perjalanan ku.
Ditengah perjalanan. Aku teringat seseorang yang membuat ku rajin pergi ke klinik. Karena di dekat klinik ada sebuah universitas. Aku selalu menunggu seseorang itu keluar sebelum aku pergi ke klinik. Tentu agar aku bisa melihatnya. Sampai sekarang aku belum berani bertanya siapa namanya. Dia mempunyai kharisma yang tinggi. Aku ingin keajaiban. Setidaknya untuk dapat berkenalan dengannya.
Aku menunggu nya di luar gerbang universitas itu. lama sekali. Aku berdiri di siang bolong. Aku melihat matahari sangat dekat di wajahku. Fuuuuh, panas sekali. Tetapi lelaki itu belum muncul juga, padahal anak-anak yang lain sudah keluar dari tadi. Aku menunggu sampai berjam-jam. Tiba-tiba seseorang menunjukku. Aku kaget. Iya member isyarat kalau ada sesuatu di hidungku. Aku langsung memegang hidungku dan melihat jemari ku penuh darah. Aku mimisan. Tak lama setelah itu, aku merasa sangat pusing. Pusing nya menusuk-nusuk kepala ku. Aku memegang kepala ku. Sekeliling ku berkunang-kunang dan gelap. Sebelum aku pingsan dan jatuh, aku melihat lelaki yang ku tunggu-tunggu muncul dan sedang tertawa riang. Aku bersyukur masih sempat melihatnya. Kemudian orang-orang ramai mengerubungi ku. Seperti nya aku sudah pingsan.
To be continued…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar