Selasa, 22 Juni 2010

KUAT = TIDAK LEMAH PART 2

Aroma ruangan yang tidak asing. Aku terbangun dan melihat sekeliling. Ternyata aku sudah ada di klinik yang biasa ku kunjungi untuk berobat jalan. Seseorang yang terlihat seperti bukan dokter yang biasanya jaga, menghampiri ku. Ia terlihat menyeramkan karena memakai pakaian seperti ingin mengoprasi. Aku menutup mata karena takut.
Dia: boleh di buka ga mata nya?
Aku menggeleng.
Saya: buka dulu penutup mulut nya…
Dia: yak sudah, sekarang buka mata. Aku ingin memeriksa kelopak mata anda.
Aku membuka mata ku. Ya Tuhan, dia seseorang yang selama ini ku tunggu di luar kampus tadi.
Saya: ya Tuhan…
Dia: ada apa? apa kau merasa sakit?
Saya: boleh ku pegang wajah mu…eh, maksudku…apa aku mengenal mu? eh…ng…
Hadeh, stupid tingkat akut. Tentu dia tidak mengenalku. Bertemu hadap-hadapan saja baru kali ini.
Dia: ya, aku mengenal mu. kau yang selalu nangkring dan berdiri panas-panasan di depan kampus kan? Entah kau menunggu siapa. Tetapi, ku lihat setiap kau habis dari kampus ku, kau pasti menuju kemari…
Alamak, aku tidak menyangka dia menjelaskan pada ku sedetail itu. dan aku tak menduga sama sekali bahwa ia ternyata tau diri ku.
Saya: ng, lalu kakak sedang apa disini?
Dia: sedang pkl. Jangan panggil aku kakak, panggil nama saja. Nama ku min ho. Choi min ho. Nama mu?
Oooh, namanya min ho. Beruntung sekali aku hari ini. justru dia sendiri yang memperkenalkan diri pada ku. Hihi.
Saya: ah, saya shin ha. Jun shin ha. Salam kenal. Terima kasih sudah menolongku. Oya, dimana pak han wa? Kau tau beliau kan?
Min ho: tentu saja tau. Dia kan pemilik klinik ini. yaa, karena sudah tua aku sarankan ia beristirahat selama aku pkl disini. Untungnya dia mempercayaiku…
Saya: kalau begitu, jurusan mu itu dokter ya?
Min ho: ya, spesialis kanker. Aku akan menemukan obat yang bisa menyembuhkan penyakit menyebalkan itu…hahaha…
Saya: wah, kau pasti akan menjadi orang hebat kalau berhasil nanti.
Min ho: yah, aku harap begitu. Ngomong-ngomong, obat apa yang ingin kau beli? Boleh ku lihat resepnya?
Saya: ah, sebentar ku ambil di tas….ng, waduh?
Ah sial. Pakai ketinggalan lagi. Ck.
Saya: ng, aku meninggalkannya dirumah….(berbisik) Aduh, bodoh sekali.
Min ho: oh, apa kau ingat nama obatnya?
Saya: ng, sepertinya tidak. Tulisan dokter sih…kayak cacing sih, jadi tidak ke baca…
Min ho: ng, kalau begitu, apa penyakit mu?
Aku tidak ingin orang ini tau. Entah kenapa aku tidak ingin dia tau. Pokoknya tidak boleh tau!
Saya: aku…ng….
Min ho: sakit apa?
Saya: aku….usus buntu….ya…ng, usus buntu…
Min ho: ha? Ng, usus buntu ya? Tetapi kenapa mimisan? Kalau begitu mau ku berikan obatnya? Aku tau sedikit tentang usus buntu…
Saya: heeee, ga usah, ga usah….besok saja lagi. Aku pasti datang kok! Pasti! Hehe…pasti datang, tenang saja…hehehe…
Aduh, pasti aku terlihat tolol di depannya.
Min ho: ah? Oo,hahaha, iya ku tunggu. Jangan lupa bawa resepnya ya?
Saya: iya. Ehm, min ho….sehabis ini pulang atau kemana?
Min ho: hmm, biasanya aku pulang. Jam segini pun seharusnya aku sudah pulang. Tetapi aku menunggu seorang pasien yang menderita kanker otak. kata pak han wa, dia pasti akan datang setiap hari selasa jam 4 sore untuk menebus obat. Sekarang sudah jam 6… mungkin dia ada acara….
Yang dimaksud itu aku? Karena aku tau, aku satu-satunya pasien klinik ini yang menderita kanker otak. Aku selalu datang tepat di hari selasa jam 4 sore setelah aku menunggunyanya di kampus. Menunggu min ho maksudku.
Saya: ng, mungkin orang itu tidak akan datang. Sudah lama sekali kan? Ng, bagaimana kalau aku mentraktir kakak..eh, maksudku min ho, ke kedai bakpau di jalan baru? Kakak…eh, maksud ku min ho…mau tidak?
Hati ku berdegub kencang sekali. Seperti habis berolah raga. Ayo dong mau….ku mohon…. Doa ku sambil menutup mata.
Min ho: dalam rangka apa?
Saya: dalam rangka perkenalan dan tanda terima kasih karena kau sudah menolongku!
Jawabku sangat cepat sangking gugupnya aku.
Min ho: ng? ooh…kau ini jago nge-rap ya? Cepat sekali kau bicara..hahaha…ya, aku mau….
Saya: he? Yesss!!
Aku senyum-senyum sendiri. Dalam situasi ini, aku yakin aku terlihat sangat menyedihkan. Apalah arti semua ini kalau hanya sementara saja? Haaaah, impian mu terlalu panjang dan tinggi, shin ha.

Min ho mengunci pintu klinik.
Min ho: ayo…
Saya: aduuuuh….brrrrr…..dingin bangeeet….brrrrr…..
Min ho: kau tidak mempersiapkan syal mu? jangan bilang kau tidak tau malam ini akan turun salju?
Saya: a…aku tau kok. Aku tau akan turun hujan salju. Tapi, syal dan sarung tangan ku tertinggal.
Bohong deh. Sebenarnya aku tidak menonton acara ramalan cuaca karena kemarin malam aku tertidur di kamar mandi. Alias pingsan.
Min ho: astaga, kau ini anak yang pelupa ya? Kalau begitu pakai punya ku dulu.
Saya: eh, tidak usah. Terima kasih. Nanti kau kedinginan.
Min ho: tak apalah. Seorang dokter tidak bisa membiarkan orang yang sakit menderita. Ini pakai.
Aku memakai syal nya. Ya ampun, baru kali ini aku merasakan keberuntungan yang sangat membahagiakan. Haaaaah, semoga malam ini terus berlanjut sampai seterusnya.
Di kedai…
Min ho: coba daging ini….bumbu nya pas dan gizi-nya tinggi…kalau buat orang kanker pasti akan membaik.
Spontan aku langsung melahap daging tersebut. Aku ingin sembuh. Tau begitu aku akan mengkonsumsi ini setiap hari. Tiba-tiba aku tersedak.
Min ho: hei, makannya pelan2…ini minumnya…
Saya: puaaaah enak…kalau begini terus, sudah enak aku pun jadi sehat, ya kan?
Bego banget. Aku malah bertanya sesuatu yang bodoh.
Min ho: ng, kalau buat yang sakit usus buntu sih sepertinya efeknya biasa-biasa saja…
Fiuh. Untung tidak sadar. Kemudian aku kembali melahap makanan ku.
Min ho: hei shin ha, kau sekolah dimana?
Saya: ng? di SMA Chungdam.
Min ho: hah? Itukan jauh sekali dari sini. Memang tidak ada klinik lain di daerah sana?
Aku terus mengunyah.
Min ho: kalau begitu, kau tinggal dimana?
Saya: di apartemen chungdam.
Min ho: oh…tinggal dengan siapa?
Saya: sendiri.
Min ho: sungguh?! Kau sedang sakit begini bisa tinggal sendiri.
Saya: bisa lah.
Min ho: waah hebaat…aku salut pada mu. aku saja masih tinggal dengan orang tua. Jadi, kau kerja apa?
Saya: aku main saham dan bekerja di toko pakaian.
Min ho: huo? Keren sekali kau! Kecil-kecil begini sudah kerja seperti itu. eh, kapan2 ajari aku ya?
Saya: dengan senang hati!
Kataku dengan suara keras sampai-sampai semua orang menoleh kearah ku.
Min ho: ng, oke oke bisa diatur. Hei, kau sedang senang ya hari ini?
Uh, sangat! Aku mengangguk dan tersenyum centil.
Min ho: oh, haha….
Ya, sekali lagi aku terlihat bodoh.
Semakin larut malam, semakin tebal salju yang turun. Aku merasa kedinginan dan begah. Bukan kenyang melainkan pusing. Mungkin pengaruh bau minuman keras.
Min ho: aaah, kenyaaaaaang….terima kasih ya traktirannya? Lain kali gentian deh…haha…
Aku tersenyum dan meneguk air. Aku terbatuk dan mual.
Min ho: hei, kau tidak apa-apa?
Aku mengangguk. Tetapi dalam anggukan yang ketiga kali, aku muntah darah. Aku melihat semua orang terkejut dan menjauhi ku. Hanya min ho lah yang masih bertahan dan menahan ku. Aku sudah tidak kuat lagi. Kepala ku serasa di gebuk dan di gergaji. Nyeri dan sakit bukan main. Aku mendengar suara itu lagi. Suara gendang di telinga sebelah kanan ku. Aku menutup telinga ku dalam keadaan ku yang sudah payah. Aku masih merasa min ho menahan pundakku. Tenggorokkan ku terasa panas. Detak jantungku melemah. Aku bisa merasakan semua nya di waktu yang sama. Betapa aku menderita kalau penyakit ini tengah menyerang ku. Aku bernafas dan kemudian pingsan. Aku masih mendengar teriakan orang2 di kedai itu. aku masih merasakan min ho menggendong dan membawa ku lari entah kemana. Setelah itu semua sunyi. Yah, aku sudah biasa mendapatkan yang seperti ini. terkadang aku pasrah dan meminta Tuhan mengambil nyawa ku saja kalau sudah seperti ini.
To be continued…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar