Malam ini dingin sekali. Aku mengaduk coklat panas ku dan meminumnya. Aku memuntahkannya kembali karena sangat panas. Haaaah, kenapa aku menyiksa diri ku sendiri?
Aku menyalakan TV.
Penyiar TV 1: besok adalah hari yang bersejarah untuk artis dan penyanyi muda taemin dia akan menikah dengan…
Aku mengganti saluran.
Penyiar TV 2: tidak disangka-sangka artis muda yang berbakat, lee taemin, akan menikah dengan luna, personel f(x) yang sedang naik daun….
Aku menggantinya lagi.
Penyiar TV 3: penyakit yang di derita luna f(x) seolah akan terobati dengan adanya taemin di sisinya kali ini…
Aku menggantinya lagi. Mengganti lagi. Menggantinya lagi dan lagi. Aku mematikan TV. semua acara membicarakan hal yang sama.
Aku berbaring di sofa dan memutuskan untuk tidur di depan TV karena acara malam ini bagus-bagus. Aku mengecek ponsel ku yang ternyata kosong. Aku membuat pesan baru untuk ayah.
‘ayah, kapan aku pulang ke Indonesia?’
Ayah membalas,
‘kalau kau naik kelas 3, kenapa?’
Aku membalas,
‘tidak, aku kangen Indonesia’
Setelah ku kirim pesan terakhir, aku mulai menutup mata. Ketika aku mulai mengantuk, bel pintu mengagetkan ku. Aku berdiri malas untuk membuka pintu. Yang ku temukan hanya sepucuk surat yang tebal. Surat tersebut berisi sebuah kertas dan undangan.
Di kertas itu tertulis sesuatu.
‘singkat saja, aku menikah dengan luna karena dia teman terbaikku. Kau tau ia sakit leukemia bukan? Itu sebab utama aku menikah diusia sedini ini. Orang tua-nya memohon pada ku sambil bersujud agar aku mau menikahi luna yang kini selalu sendiri. Sekarang kau tau, orang-orang terkenal sebenarnya sangat kesepian. Aku bersedia karena orang tua-nya memohon sampai seperti itu pada ku, dan juga luna adalah teman baikku sejak kecil. Aku selalu mencoba mencintainya tetapi selalu tidak bisa. Aku mengenal hal yang aneh itu ketika aku bertemu dengan mu. Aku hanya ingin mengatakan kalau aku suka padamu. Sangat suka. Aku suka kehidupan mu yang bebas tetapi tetap tanggung jawab. Tolong pegang janji ku, nia-noona. Sampai jumpa.
NB: undangan yang ku beri adalah undangan pernikahanku dengan luna. Jiika kau ingin datang, aku akan sangat sedih. Jika kau tidak datang, aku akan merasa sangat gembira.’
Apa ini? NB yang aneh. Aku melihat undangan tersebut. Begitu mewah dari sampul hingga akhir. Aku hanya mencibir. Aku mengutak-atik ponsel ku dan membuat pesan baru untuk taemin.
‘aku kan sekolah. Memangnya kau yang mau merayakan kebahagiaan.’
Taemin membalas pesan ku hanya dengan emoticon tersenyum. Huh. Ya sudahlah. Yang penting, ku doakan besok semua berjalan lancar untuk taemin dan luna.
Pagi ini, di sekolah…
Saya: maaf pak guru, hari ini mengapa di liburkan?
Guru: sekolah di liburkan agar bisa menghadiri acara pernikahan taemin…
Aih, apa-apaan sekolah ini? Bukankah ini tempat belajar dan tidak ada sangkut pautnya dengan pernikahan? Hadeh…
Tiba-tiba sebuah pesan masuk dari taemin.
‘tidak usah dipaksakan kalau kau tidak ingin datang. Chungdam memang suka mengada-ada. Kau bisa jalan-jalan dan berlibur. Vespa matic yang ku berikan sudah ku taruh di garasi apartemen mu. Kau masih mau menerima nya kan?’
Aku membalas,
‘ya, aku mau. Aku harap aku masih bisa mengingatmu kapan pun. Karena kamu lah yang pertama.’
Ia membalas,
‘pertama apa maksudmu?’
aku membalas,
'fokus pada pernikahan mu.'
Kau lah orang pertama yang mengajari ku kalau aku tidak sendiri. Kemudian aku pulang dan berpegang teguh untuk melupakan masa lalu. Tetapi aku ingin membuka semuanya. Kenangan di kedai bakpau, tempat dimana aku bertemu taemin pertama kali. Di bangku taman, tempat dimana aku dihiburnya. Apartemen ku, tempat dimana aku mulai mengenal kebodohannya. Di rumah sakit, tempat dimana aku mulai mendapatkan perasaan-perasaan konyol terhadapnya. Dan juga di sekolah, tempat dimana aku menghabiskan kisah dan berpisah dengannya. Semuanya begitu cepat. Hanya terjadi beberapa hari saja kalau para pembaca ingin membaca ulang cerita ini dan menghitungnya.
Sekarang aku tidak berani mengatai taemin adalah sebuah kesialan yang dikirimkan Tuhan kepada ku. Aku tidak sadar bahwa ia lah yang hati ku pilih.
5 tahun berlalu dan sekarang aku berada di Indonesia, Negara yang ku cintai sekaligus ku sesali.
Aku berhasil menata kehidupanku. Aku mempunyai banyak teman tetapi belum sama sekali menemukan seseorang yang membuat hati ku berdebar-debar. Tiba-tiba ponsel ku berdering. Tertera nama seseorang yang selama ini ku tunggu-tunggu, Lee Taemin.
To be continued…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar